Senin, 15 Desember 2014

Daftar Rote Mengajar

Selamat Selasa Pagi.

Semalam saya mendaftar sebagai relawan di Rote Mengajar, salah satu hal yang dari dulu ingin saya lakukan tetapi selalu tertunda karena jebakan rutinitas pekerjaan.

Saya bukan orang yang pintar mengungkapkan perasaan dalam bentuk tulisan. Opps, bukan hanya dalam bentuk tulisan, tapi memang sulit mengungkapkan *haiss curcol*.
Waktu apply disuruh tulis motivasi dalam max 1000 characters. Bodohnya otak ini mikir 1000 kata. Jadilah mengarang indah, dan ternyata tidak terpakai juga. Daripada dihapus mending pindah kesini, sekalian menyimpan memori.

"Motivasi saya ikut Indonesia Mengajar khususnya Rote Mengajar adalah himbauan hati. Berkecimpung dalam Indonesia Mengajar bukan hal baru bagi saya walaupun saya tidak pernah menjadi PM. Tapi Indonesia Mengajar menginspirasi saya menjadi seseorang yang ikhlas berbuat baik terutama bagi pendidikan. Saya awalnya terlibat dalam Kelas Inspirasi, kemudian cukup aktif dan concern dengan kegiatan lainnya yang dilakukan Indonesia Mengajar.

Januari lalu saya pernah ke NTT selama 2 minggu untuk bekerja. Saya berbincang dengan masyarakat dan tokoh pendidik di NTT. Salah satu hal yang membuat saya pilu adalah masalah pendidikan di pulau NTT yang masih minim sentuhan pemerintah. Saya berbincang dengan seorang Bapak Tua, berkerah lusuh, berjalan lambat, yang tidak lain adalah Kepala Sekolah di SDK Kuka Unu,  salah satu sekolah dasar di Larantuka, Flores Timur. Saat berbincang dengan beliau, saya melihat jelas di matanya bagaimana ia tulus menyayangi dan memperhatikan murid-muridnya. Saya melihat raut wajah sedih saat ia bercerita mengenai masalah anak didiknya. Tapi tidak ada sedikitpun penyesalan terlihat dari raut wajahnya walaupun ia tidak digaji dengan layak sebagai Kepala Sekolah. Ia dengan tulus hati mengajar, dari hati untuk anak didiknya tercinta.

Berbagai masalah anak-anak ia ceritakan, mulai masalah perilaku hingga psikologis. Beliau bercerita mengenai masalah anak-anak yang ditinggalkan oleh orang tua mereka yang bekerja diluar negeri. Sumber pengetahuan yang minim membuat pola pikir mereka pun terbatas. Mereka tidak tahu mengenai profesi lain selain profesi idaman banyak orang seperti presiden, dokter, dan TKI.

Ya benar, TKI, Tenaga Kerja Indonesia. Tidak sedikit dari mereka yang berasal dari keluarga TKI. Lapangan pekerjaan yang sempit dan pengetahuan terbatas membuat mereka tidak bebas bercita-cita besar. Lingkungan mereka memberi contoh bahwa belajar setinggi apapun hanya akan menjadi TKI seperti ibu bapak dan tetangga mereka. Mereka terjerat pola pikir lingkungan yang tidak berkembang, “yang penting bisa makan”. Mereka tidak banyak tahu mengenai berbagai profesi yang ada. Sumber pengetahuan tidak sebanyak di kota, tidak segampang melihat televisi yang mana hidup mereka saat malam hari hanya ditemani sebatang lilin. Mereka tidak banyak mengenal profesi lain. Bukan hanya mereka tidak tahu profesi lain, bahkan mereka tidak memiliki buku layak untuk dibaca yang bisa mengembangkan pengetahuan mereka. Murid di SDK Kuka Unu hanya memiliki rak buku kecil yang diisi buku-buku hasil sumbangan orang-orang. Buku tersebut harus mereka baca bergantian. Rasa haus mereka akan pengetahuan tidak terpenuhi karena keterbatasan. Mereka perlu banyak dukungan dari banyak orang, perlu dorongan dan keyakinan akan hidup sukses selain hanya berprofesi sebagai TKI. Mereka harus bisa mengembangkan diri untuk kemajuan negeri agar masyarakat disana tidak lagi harus pergi menjadi TKI demi sesuap nasi. Mereka harus bisa menjadi generasi mandiri, mengembangkan daerah mereka sendiri dan menjadi terdepan dalam segala hal.

Lalu, hal inilah yang semakin mendorong saya untuk berjuang di bidang pendidikan. Pendidikan adalah kunci masa depan, kunci menjadi orang benar, kunci menjadi orang besar. Tidak ada orang yang terlahir bodoh, Tuhan membentuk manusia dengan kapasitas yang sama, lalu lingkungan lah yang membantu mengembangkannya.

Terlalu banyak hal yang perlu saya syukuri dari hidup, terlalu banyak kebaikan yang saya dapat, lalu saat ini lah waktunya saya berbagi rasa syukur dan kebaikan yang dihadiahkan Tuhan kepada saya. Saya hanya ingin menjadi orang yang berguna, berbagi sedikit kebaikan yang tidak sebanding dengan apa yang sudah saya terima. Saya ingin berbagi apapun yang saya bisa demi kemajuan mereka, anak bangsa.

Sedikit cerita saya memang tidak bisa menggambarkan keadaan pulau NTT secara keseluruhan, ataupun kondisi di Pulau Rote. Tapi saya yakin pulau Rote bisa mennginspirasi pulau-pulau lainnya untuk berkembang. Segala kebaikan dapat dimulai dari titik mana saja."

Salam cinta :)


1 komentar:

  1. Semangat mbak, enjoy Rote next year ya! Saya dulu mengajar disana 1 th,ditempatkan di SD Inpres Onatali, semoga nanti bisa berkunjung ke sekolah saya :)

    BalasHapus