Jumat, 25 Oktober 2013

Judulnya sih penelitian, tapi ujung-ujungnya jalan-jalan dan kuliner.Aceh Lon Sayang

Hollaaa backgirl.. I'm coming back to dunia maya.. Keinginan untuk nulis sangat besar tapi saya ga ada bakat sama sekali, lebih suka cerewet di dunia nyata daripada maya. But, saya berasa sudah sangat ketinggalan dimana saat ini engga bocah ga remaja ga tua ga muda semua bisa mengekspresikan ide nya, pengalamannya, kisahnya, memorinya, dalam bentuk tulisan, then i'll do it too biar kisah saya engga lupa coz every single times of life sangat berharga bagi saya. 

Lagi-lagi of course kisah ini tentang travelling because i'm so in love all about travelling, go travel around the world, my wish, specially USA, Europe, and New Zealand..
My most wonderful travelling sudah saya ceritakan di awal, " Trip to Thai-Malay", unforgattable moments and partners. Next stories ada beberapa perjalanan saya baik dalam rangka jalan-jalan maupun kerja tapi jalan-jalan juga, so kerja saya adalah jalan-jalan 😁

Mari coba saya ingat kembali daftar panjang perjalanan saya di awal tahun 2012 hingga saat ini, *gaya bener kayak yg udah kemane2 aje*
Diawali dgn Trip edan ke Thailand dan Malaysia pada awal tahun 2012, then saya melanjutkan tugas mulia yaitu menyelesaikan skripsi. Lagi-lagi background utama kenapa saya ambil penelitian skripsi ini tidak lain dan tidak bukan adalah karena ingin jalan-jalan, Yes, penelitian ini akan ke Aceh. Walau biaya penelitian ini terbilang lumayan besar karena saya harus menanggung tiket perjalanan sendiri, itu tidak jadi masalah selagi saya bisa belajar dan mengenal indahnya daerah baru. Finally sampailah saya bersama Dina (rekan 1 payung skripsi) dan Mas Dicky (dosen super charming) di negeri Serambi Mekkah pada bulan April 2012.




Aceh itu negeri yang indah dengan masyarakatnya yang super ramah. Saya benar-benar dibantu kakak-kakak disana dalam pengambilan data. Sembari berkenalan dengan penduduk untuk mengambil data kuesioner dan wawancara, kami mendapatkan banyak pengalaman dan cerita baru. Dari pengalaman duka saat korban mengalami bencana tsunami 2004 lalu hingga cerita bahagia akan eloknya negeri Aceh yg banyak bisa kami kunjungi. Berkenalan dengan masyarakatnya, dijamu, dihargai, merupakan kebahagiaan tersendiri saat itu. Memang benar bahwa masyarakat Aceh itu berperilaku sesuai dengan filosofi bentuk rumah adatnya. Rumah adat yg besar dengan pintu kecil dibawah, masuknya harus menunduk, tapi sesampai di dalam akan kagum dengan luasnya. Sama hal nya dengan masyarakatnya, untuk awal akan tertutup namun setelah kita mendapatkan hatinya, segalanya akan diberikan kepada kita, begitu hebatnya keramahan mereka terhadap tamu.

Disela-sela pengambilan data tidak lupa kami menyempatkan diri mengeksplor Aceh, khususnya Banda Aceh saat itu. Saya bersama Dina meminjam motor rekan disana, kami pun bebas berkeliling dipandu oleh sebuah gps hp 😁
Tapi di hari lain, terkadang kami diajak jalan-jalan ditemani rekan-rekan disana. Kami sempat mengunjungi museum Tsunami, kapal tanker pln yg terdampar di darat, kapal yg terdampar diatas rumah penduduk, menikmati sore di pantai, jalan-jalan dan berfotoria di Pantai Lhoknga hingga wisata kuliner yg tak kunjung habis.



Mari diceritakan satu-persatu *sembari mengenang kembali*
First of all diajakin nongkrong di cafe pada malam hari, ngopi-ngopi santai dan bercengkrama. Ternyata kebiasaan masyarakat Aceh adalah ngopi dan berkumpul di warung kopi. Warung kopi menjadi tempat paling utama untuk segala kegiatan, dari yg sekadar kongkow-kongkow sampai meeting serius diadakan di warung kopi, jadi jangan kaget kalau warung kopi sangat menjamur di setiap sisi di Aceh.
Selain menyediakan kopi, makanan Aceh yg paling tersohor yaitu mie Aceh. Mie aceh ini memang ajaib enaknya, berhasil membuat saya naik berat badan 4kg selama disana. Mie aceh rebus, mie aceh goreng, mie rebus kepiting, mie goreng basah, dan lain sebagainya itu tetap juara nikmatnya. Bagi pecinta mie *seperti saya* kudu harus coba mie Aceh didaerahnya langsung. Kopi nya pun ga kalah gila enaknya, dari kopi susu, kopi tarik, dan kopi Sanger menjadi idola saya. 
Segala wisata kuliner puas saya nikmati disana, dari mie, kopi, kue khas Aceh seperti timpan, dll, ikan kayu, ikan goreng segar, mie warung Solong, hingga roti cane dan makanan mamak *ala India* lainnya berhasil membuat saya naik 4 kg dalam 10 hari, haha..
Tapi ada beberapa makanan yang tidak sempat kami nikmati yaitu Sup ikan Hiu dan Kari Kambing *ssstt, yg kabarnya Kari ini sangat enak karena ada ganjanya, ini cuma gosip loh, karena gosip itu kami kepengen nyoba, haha*.








Dari wisata kuliner sampai wisata jalan-jalan kami arungi, menikmati indah dan bersihnya pantai Lhoknga bikin hati tenang berada disana. Kemudian jalan-jalan seantero kota Banda Aceh sudah cukup membuat kami merasa betah berada disana. Disayangkan lagi, saat itu kami belum berkesempatan melanjutkan perjalanan ke Sabang. But, sabang akan menjadi destinasi berikutnya dalam list jalan-jalan saya, waiting for me Sabang 😘




Yaaa, saya rasa ide menulis saya telah habis untuk malam ini.
Next, akan saya sambung dengan cerita lainnya, dari Bojonegoro, Jogja, Surabaya, Bali, Semarang, Banjarnegara, Lampung, Baduy, Sukabumi, Garut, Lhokseumawe, Bandung hingga kembali ke tanah kelahiram tercinta, Padang. See yaaaa, see you when i see you 😘