Awalnya kisah ini bermula saat kita killing the night dari muterin lapangan parkir GI ampe atapnya dan berakhir di Kota sambil ngupi-ngupi dan dinyamukin. Engga habis disana aja, kita lanjut ke Ancol ampe subuh, pulang ke rumah Risca bentar untuk mandi, makan, dan istirahat sekejap then go to danau Srengseng Sawahan, Menteng hingga tidur di Monas. Pembicaraan pun dimulai, dari rencana mau keliling Jawa pake mobil hingga akhirnya memutuskan jalan-jalan ke luar negeri yaitu Thailand-Malay-dan Spore (in plan). Then, terpilihlah tanggal cantik di akhir Januari 2012 (gue lupa tanggal tepatnya, udah 1 thn yang lalu booook) setelah gue dan Risca menunaikan tugas wajib mengumpulkan draft proposal skripsi dan Agung yang baru selesai melaksanakan tugas sebagai anak sulung yang manis merayakan ulang tahun mamah tercintanya.
Setelah beli tiket, booking kamar hotel dan persiapan makanan, tibalah saatnya petualangan dimulai. At the time, kita berangkat dari Soeta dan sampai ke Suvarnabhumi airport Bangkok jam 10an malam, means kira-kira 3 jam perjalanan di pesawat. Sesampainya di airport, langsung lah kita hunting free map of Bangkok dan memainkan intuisi masing-masing hingga muka cengok kita terdeteksi oleh orang travel. Yup, penawaran pertama deal dimana kita keesokan harinya akan dibawa travelling wisata budaya seantero kota Bangkok (in real nya sih ternyata muter disana-sana doang). Dari airport, kita naik taxi menuju PenPark Hotel. Wah, kejadian ajaibnya, si sopir taxi engga ngerti bahasa inggris sama sekali, ya kita kan juga kagak bisa bahasa thai, terjadi lah roaming skala internasional di dalam taxi. Kita cekikikan abis ngejahilin si sopir taxi yang kagak ngerti kalau lagi diomongin. Doi mah senyam senyum cool aja. Alhamdulillah sampai juga di hotel dengan selamat. Waktu bayar taxi nya bingung, doi kagak ngerti cara bilang ongkos taxinya berapa, kita kagak ngerti juga gimana cara nanya ke dia. Untungnya ada si Boy (penjaga hotel) yang bisa dual bahasa, makasih Boy *kecup dari Agung.
Mampir hotel bentar untuk taruh barang then we go to Khao San road menikmati malam kota Bangkok bersama bule-bule edun, full of Alcohol and strippers. Besoknya kita jalan-jalan ke beberapa temples terkenal di Bangkok. Tour guide kita orang yang baik dan bahasa Inggrisnya oke. Dia banyak membantu kita dan sekaligus 'menjebak' kita :D
Ceritanya begini. Setelah wisata budaya, kita diajakin mampir sama tour guide ke kantor travel mereka, katanya sih untuk beri masukan, pendapat dan komentar aja, ternyata oh ternyata. Nah, disini nih kita ketemu tante Nang. Dia pintar banget mempersuasif kita untuk ikut trip ke berbagai tempat yang memang bikin ngiler. Tapi harganya mahal banget. Sayang, kita bukan anak presiden, Nang. Negosiasi dengan Nang berlangsung selama 3 jam, menolak Nang jauh lebih susah dari pada menolak ajakan masuk mlm. Setelah timbang sana sini, tulis sana sini, ngobrol sana sini, itung uang ana dan uang tini, diperolehlah sebuah kata mufakat dengan ikut tripnya Nang dari Bangkok menuju Phuket dan Penang. Tapi jangan dibayangkan ini trip indah senang-senang, tapi ini hanya trip dari bus ke bus, nginap di guest house, dan travel ke travel. Engga ada trip plus-plus berlibur di pulau indah. Mencapai kata mufakat, kita dianter dulu untuk tuker uang rupiah ke baht, nyari yang paling tinggi nilai tukarnya. Setelah kasih uang ke om tour guide, kita berencana menyempatkan diri ke Pattaya. Eh, dilarang sama om tour guide karena pertimbangan dari dia, Pattaya biasa aja jika dibanding Phuket, engga ada yang begitu spesial, then waktu itu udah sore banget untuk melakukan perjalanan ke Pattaya. Pertimbangan lain, uang kita terbatas. Padalah kita udah booking penginapan di Pattaya. Setelah berunding panjang, kita sepakat untuk merelakan diri engga jadi menginjak pasir pantai Pattaya.
Sebenarnya engga hanya karena Nang, kita juga kehabisan uang karena nilai tukar rupiah dengan baht sangat rendah disana, jadi kita mengalami kerugian yang cukup besar sehingga uang yang kita sediakan tidak mencukupi untuk menjalankan kegiatan seperti pada planning awal. Tips jitu travelling, jangan pernah membawa Rupiah keluar negeri karena nilai tukar rupiah sangat rendah. Udah ada yang mau terima rupiah aja udah bersyukur karena memang tidak semua money changer menerima rupiah. Jadi, untuk lebih aman, lebih baik membawa dollar kemana-mana. Karena urusan change money ini, setiap melihat kios money changer pasti kita langsung excited bertanya dan berharap mendapat nilai tukar yang lebih tinggi. So, we are always hunting money changer in every angle of street ^.^
Selama di Bangkok, jangan lupa mampir ke Chatuchak Market yaitu pasar malamnya orang sini yang menjual barang-barang serba murmer. Disini, kita bertemu dengan the most beautiful girl ever, Nasri, seorang gadis muslimah berkerudung yang cantik banget, keturunan asli Thai, pinter, dan baik, we can call her perfect. Dia yang bantu kita menemukan mushalla di tengah Chatuchak market dan nemenin makan makanan khas thai halal. So many thanks to you, Nasri. Hope we can see each other again.
Terus, pastikan juga pernah mencoba naik kereta di Bangkok. Dan yang paling penting, kudu wajib dicoba untuk naik Tuk Tuk yang kalau orang Jakarte bilangnye itu bajaj. Nih die Tuk Tuk alias bajaj. Desainnya persis seperti bajaj, tapi kecepatannya jangan diragukan, ngebut banget. Keahliannya sih sama dengan bajaj kita, suka ngeles ngebajaj, tapi yang satu ini lebih lincah aja dan jalannya engga gerogokan kayak bajaj di Jakarta.
<< Gambar yang bikin kita kaget di dalam Tuk Tuk.
Ternyata larangannya pertama, engga boleh kentut dan kedua, dilarang cute alias cubit tete'. Wah, peraturannya bagus sekali ya. Terima kasih loh Tuk Tuk, udah care sama keamanan perempuan.. ^.^
Setelah jalan-jalan di Bangkok, kita berangkat ke Phuket menggunakan bus bertingkat. Lama perjalanan kira-kira 13-14 jam. Sesampainya di Phuket, ternyata orang yang mau menjemput kita belum datang. Tapi di terminal Phuket banyak orang baik yang bantuin, khususnya salah satu kakek-kakek gaul yang ternyata jago bahasa Inggris (tapi engga tau deh Inggris bagian mana dengan pronounce nya yang ajaib begitu). Paman yang menjemput kita datang dan kita dibawa ke hotel yang telah direservasi oleh Nang.
Karena kita menggunakan travelnya si Paman yang baik itu untuk ke Phi Phi Island, kita dikasih bonus dianter jalan-jalan dari Patong Beach, Karon Beach, Kata Noi Beach dan Kata Beach. Ini pemandangan dari salah satu puncak di daerah dekat Kata beach.
Dari puncak itu, kita diantar ke Kata Beach. Dipikir (liat dari map) jarak Kata beach ke Patong tempat kita menginap itu dekat. Ternyata jauh banget karena pantai Kata dan Patong dibatasi oleh karang yang engga bisa dilalui, makanya kita harus melalui pantai dari Kata, Karon, Kata Noi dan naik bukit untuk bisa sampai ke Patong. Saat itu kira-kira jam 12 siang, panasnya ya Allah panas banget dan perut lapar. Tapi karena uang kita saat itu benar-benar kritis, kita engga bisa naik Tuk Tuk untuk sampai ke Patong dan engga bisa beli makanan yang cukup layak sebagai makan siang. Kita cuma bisa beli roti murah dan aqua botol besar sebagai bekal penyanggah hidup saat itu. Walau capek, lapar, tapi hati senang karena pemandangan yang kita lalui sangat bagus.
Di tengah jalan berasa mengalami fatamorgana karena ada salah satu restoran yang lagi promo. Kita mampir lah untuk makan siang. Kita pesan beberapa menu yang halal, tapi rasa makanannya agak aneh. Kita sih berbaik sangka aja kalau itu semua memang halal, namanya juga orang lapar, capek, dan engga punya duit. Setelah makan siang dan mengisi energi, kita melanjutkan perjalanan sampai penginapan. Dan ternyata jarak perjalanan yang kita tempuh itu berkisar 16 km, wow, engga nyangka ternyata kita superhuman ^.^ Jalan dari jam 12an siang san sampai penginapan jam setengah 6.. Hmm, hitung aja deh berapa jam itu.
Phuket.. Phuket.. Phuket.. adalah pulau indah tak terlupakan, pantai-pantai yang ajigilee indahnya dan bule-bule yang doyan telanjang ada dimana-mana. Setelah siang hari puas berjalan-jalan, malamnya jangan lupa menikmati pemandangan strippers cewek (asli dan buatan) di Bang La Road bersama bule-bule mabok yang transaksi 'something' dibawah kotak rokok jalanan. Tapi perlu diakui, banci-banci disini cantik banget dan mulus terawat. Bahkan kaum transvestite ini dilegalkan sebagai gender ketiga di Phuket. Aneh dan ajaib, yang laki banyak berperan jadi perempuan, yang perempuan berpakaian dan berlaku sebagai laki-laki dan mereka gandengan. Pasangan yang serasi ya.
Okay, then, tidak akan pernah sempurna jalan-jalan kita kalau belum ke Phi Phi Island, dan disana lah kita bisa melihat Maya Beach yang notabene itu tempat syutingnya mas Leonardo de Caprio untuk salah satu filmnya dulu. Sebelum sampai ke dermaga Phi Phi Island, kita bisa snorkling menikmati keindahan bawah laut disana.
Setelah panas-panasan, kita makan siang di salah satu hotel di Phi Phi Island. Kita makan membabi buta, rebutan makanan sama bule-bule India, Cina dan Eropa. Berhubung kita kekurangan uang, kita tak lupa membungkus makanan prasmanan di hotel tersebut. Yak, itu berkat kelihaian tangan dan taktik Agung dan Risca yang berhasil membawa beberapa bungkusan nasi dan lauk (tuh, yang di kantong hitam ^.^) Proud of you guys.
Ini beberapa foto pantai yang kita lewati.
Dari pantai ke pantai, kita menuju Big Buddha di puncak gunung. Big Buddha adalah patung Buddha tertinggi dan terbesar yang ada di Phuket, jadi kita masih bisa melihat patung ini dari beberapa pantai yang jauh sekalipun. Pemandangan menuju kesana pun engga kalah bagus, sayang aja engga ada fotonya. Saking terpana, jadi lupa untuk foto-foto.
Di Big Buddha ini ada dua gong ajaib yang apabila digosok-gosok dengan teknik tertentu bisa mengeluarkan bunyi gema yang besar. Kononnya orang yang berhasil membunyikan gong ini berarti manusia berhati bersih. Memang terbukti tidak semua orang dapat membunyikannya. Gue dan Risca mencoba beberapa kali engga pernah berhasil. Tapi Agung setelah mencoba berkali-kali dengan usaha pantang menyerah ia berhasil membunyikan gong tersebut. Wah, dia mah senang dan bangga banget saat itu sampai ada seorang bule Gay yang naksir dan kagum sama dia.
Di malam hari kita berjalan-jalan menggunakan motor keliling Patong.
Melewati pub demi pub, main di pantai malam hari dan sedikit berbelanja.
Di Patong ada satu mall namanya Jungceylon. Lihat deh salah satu kerjaan ini bocah di papan reklame toko di Jungceylon.
Jangan lupa juga untuk mencoba teh tarik buatan orang Malaysia. Ini teh tarik terenak yang pernah kita coba. Dan kita sering dikasih gratisan karena cerita punya cerita, yang bikin teh tarik ini naksir sama Risca #eeaaaaa.. Oh abang, kutunggu cintamu dan cintaku berlabuh di teluk kuantan abang..
Ternyata ini makna baju yang kita beli "Somebody in Phuket love me"..
Nih dia abang yang naksir Risca. "Abang, kalau kau lihat ini, kirim pesan padaku ya, pesan untuk hatiku" pesan Risca #eeeaaa
Phuket is over. And it's time to go to next destination, next journey, next story. Dari Phuket kita lanjut menuju Malaysia menggunakan mini bus yang sudah termasuk paket yang kita bayarkan pada Nang. Tempat pertama yang kita kunjungi adalah Penang. Niat awalnya dari Penang mau langsung berlayar menuju Langkawi. Tapi karena kita sampai Penang kemalaman, kapal ferry menuju Langkawi engga ada, baru ada kembali jam 6 subuh.
This, George Town in Penang .. >>
Sejujurnya di Penang kita engga punya tempat penginapan karena ini diluar planning awal. Kita akhirnya menginap alias numpang tidur di mesjid Penang, mesjid paling bersejarah di Penang. Di mesjid ini ada seorang garin mesjid, bapak-bapak yang bantuin kita. Beliau dengan baik hati mengantarkan kita setelah subuh ke pelabuhan menuju Langkawi. So many miracles we got.
Welcome to Langkawi. Langkawi sebenarnya pulau besar yang indah namun karena kita hanya berencana satu malam disana dan engga punya informasi yang cukup mengenai tempat itu, kita engga bisa mengeksplor keseluruhan Langkawi. Kita hanya menghabiskan waktu dengan berjalan kaki menyusuri pantai demi pantai, jalan demi jalan, hingga ke barber shop. Barber shop of Kumar, tempat keramatnya Agung gunting rambut.
"Bagus, bagus, bagus kok. Tunggu aja seminggu lagi" I said. Minggu berikutnya, "hmm, seminggu lagi akan bagusan kok", dan minggu minggu berikutnya. "Yaudah deh, pasrah aja ya", haha, maapkeun :p
FYI, di Langkawi ini ada salah satu rumah makan mamak yang enak banget, banget banget enaknya. Jadi wajib coba dan cari tau sendiri ya *lupa nama tempatnya ;)
Dari Langkawi, kita nyebrang balik lagi. Yang anehnya nih, orang-orang dari Langkawi pada bawa koper segede gaban dan kayak abis shopping gitu. Nah, kita kan bingung. Ini orang-orang dari mana kenapa bisa bawa barang sebanyak ini. Perasaan kita di pulau yang sama, tapi kita engga ngeliat ada keramaian di Langkawi. Tiba-tiba di pelabuhan Langkawi udah rame aja, orang-orang dengan keluarganya plus koper-koper besar kayak abis bawa barang jarahan aja bang, hihi ^.^
Akhirnya, kita sampai ke last destination, Kuala Lumpur.
This is it, Suria KLCC, menara Petronas.
Kalau udah di KL, kita merasa cukup aman nih karena KL udah kayak rumah kedua bagi Agung. Dia bule nya Malay yang suka bolak-balik Bandung-Malay, so sibuk ^.^
Engga banyak yang bisa diceritakan selama berada di KL. Disana kita menginap di jalan Bukit Bintang dan makan di rumah makan mamak. Esok malamnya kita menginap di rumah kenalan Agung, rekan Agung, yang juga keluarga baru bagi Agung. Mereka keluarga yang baik banget dan punya seorang cucu yang lucu. Uniknya, muka cucu beliau bisa mirip gitu dengan Agung. Kononnya karena ibu si baby waktu hamil dulu engga suka sama Agung, suka berantem gitu, haha..>>
Sampai juga pada ujung perjalanan ini. Pagi hari kita dianter oleh keluarga itu menuju stasiun kereta ekspress yang langsung menuju bandara. Setelah selesai check in (kita check in 4 jam sebelum jadwal keberangkatan, hebat ya), kita keliling bandara untuk lihat-lihat. Hanya bisa lihat-lihat karena kita sudah kehabisan uang. Ini pun tiket pesawat dibeliin dan dibayarin dulu oleh saudara Risca di Jakarta. Melihat muka kita yang udah kelaperan dan cuma punya iler doang, Agung tiba-tiba datang seperti dari surga ngajakin kita makan. Ternyata dia abis tarik uang di ATM, alhamdulillah, ada juga ATM yang bisa digunakan. Itu kayak dapat angin dari surga. Kita makan McD dengan lahap kayak engga makan satu minggu. Selesai itu, kita masih sempat bersantai-santai bahkan berfoto-foto. Seperti ini nih, foto di dalam kereta bandara yang mengantar penumpang antar terminal.
Tragedi berikutnya terjadi. Sesampai di terminal penerbangan menuju Jakarta, kita udah engga diperbolehkan masuk ke pesawat karena telat boarding. Yup, we miss flight. Kita engga bisa berbuat apa-apa. Diputuskan lah kita tetap balik ke Jakarta dengan beli tiket baru hari itu juga dengan pertimbangan engga mungkin extend nginap lagi dan tas kita udah masuk bagasi pesawat pertama, alias terbang duluan ke Jakarta. Lumayan bingung karena kita udah engga punya duit. Syukurnya atm Risca bisa digunakan dan uangnya mencukupi untuk kita beli 3 tiket baru. Kita beli tiket Air Asia dengan penerbangan terakhir, malam sekitar jam 12 malam. Eh, delay pulak. Makin malam aja kita nyampe Indo. Sampai di Indo bandara Soeta jam 2 malam, daaaaan engga berhenti disini aja perjalanan kita, kita harus kudu ngambil tas yang udah terbang duluan menggunakan Lion. Ya tengah malam gitu engga ada lagi pegawainya yang stand by bekerja. Jadi kita harus menunggu sampai pagi hari untuk ngambil tas tersebut. Means, harus menginap di bandara dong. Dari tidur selonjoran di lantai, pindah tidur di mushalla, numpang di meja satpam sampai senderan engga berdaya di pintu masuk terminal. Risca dan Agung masih berjuang mengakali untuk bisa ngambil tas kita di terminal Lion. Kita cari orang dalam yang bisa bantuin, dan Alhamdulillah bisa. Kita berhasil dapatin tas kita lagi di subuh hari dan buru-buru naik Damri pertama. Eh, Damri nya kagak jalan-jalan dong. Dengan inisitif Risca, kita pindah naik Taxi dan go go go pulang ke rumah Risca. Gue dan Agung udah engga sadarkan diri, tidur nyenyak di dalam taxi, Risca doang yang melek untuk kasih arahan jalan sama om taxi nya. Alhamdulillah, sampai juga di rumah Risca. Yes, finally home. It's home. We miss home.
13 unforgettable days
Additional moments